Minggu, 30 Maret 2014

Agama Dalam Membangun Budaya Lokal

Agama Dalam Membangun Budaya Lokal



Pendahuluan


Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Ada sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Walau Islam menjadi mayoritas, namun Indonesi bukanlah negara yang berasaskan Islam. Masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.
Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana agama islam dapat masuk ke Indonesia? Siapa yang membawa agama atau ajaran Islam masuk ke Indonesia? Dan kapan agama islam masuk ke Indonesia?. Disini saya akan menjelaskannya, tujuannya adalah agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana peranan agama dalam budaya lokal.

Tidak hanya itu, penulisan ini ditujukan agar masyarakat lebih peduli terhadap perkembangan budaya dan bisa mengerti bahwa agama sangatlah berperan didalamnya. Secara terperinci, tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang peranan agama dalam membangun budaya lokal dan untuk mengetahui lebih rinci perkembangan budaya itu sendiri.

Pembahasan


Pada awalnya, Mengenai tempat asal kedatangan Islam ke Indonesia, dikalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat, India. Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13-M dipercaya datang dari wilayah Gujarat – India. Kedua teori Makkah. Pada abad ke 7-M dipercaya bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Timur Tengah yang melalui jasa pedagang arab. Ketiga teori Persia. Sekitar abad 13-M islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara.
Ahli Sejarah Baratpun beranggapan bahwa islam masuk ke Indonesia pada abad 13-M adalah tidak benar. Pada tahun 674-M semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan, memerintahkan mengirimkan utusannya ke tanah Jawa yaitu ke Jepara. Hasil kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam.
Menurut pendapat sebagian orang besar teori masuknya islam ke Indonesia melalui pedagang gujarat adalah tidaklah benar. Apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di Indonesia adalah aliran Syi'ah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di Indonesia didominasi Mazhab Syafi'i. Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti Maimun (1082M) di Gresik.

Dengan kesempurnaan Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri  menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang.

Pada akhir abad 19 muncul ideologi pembaruan Islam oleh Jamal-al-Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di Kairo, Mesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, diantaranya adalah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian, di Padang terbit koran dwi-mingguan al-Munir.

Penutup


Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar yaitu Teori Gujarat, Teori Makkah dan Teori Persia. Dengan mayoritas berpenduduk Muslim, politik di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh dan peranan umat Islam. Walau demikian, Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam, namun ada beberapa daerah yang diberikan keistimewaan untuk menerapkan syariat Islam, seperti Aceh. Seiring berjalannya waktu, Islam banyak bermunculan dengan wajah yang berbeda-beda. Namun hal tersebut bukan masalah selagi substansinya tidak bergeser.


Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia

Nama : Gauda Firmansyah
NPM: 13113658
Kelas : 1KA08
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar